Pages

Rabu, 01 April 2020

DESAIN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS LITERASI INTEGRAL LINTAS MATA PELAJARAN






Tim Peneliti
Pusat Kurikulum dan Pembelajaran
Balitbang, Kemendikbud
2019





I.       PENDAHULUAN

Pengembangan literasi dilaksanakan sejalan dan inklusi dengan pelaksanaan kurikulum. Artinya, literasi masuk ke dalam pembelajaran mata pelajaran secara sistematis.
Pada hakikatnya, literasi bukanlah mata pelajaran hingga membutuhkan waktu khusus. Literasi adalah fondasi dan wahana belajar untuk semua mata pelajaran. Literasi berfungsi sebagai penguat dan pengoptimalan upaya strategi pembelajaran di semua mata pelajaran.
Desain model pembelajaran berbasis literasi integral ini disusun dengan tujuan untuk menyiapkan dan memberikan arahan pendidikan bermutu berbasis literasi untuk semua mata pelajaran.
. 
II.     KERANGKA KONSEP MODEL PEMBELAJARAN LITERASI INTEGRAL

A.    Literasi Integral
Pengertian literasi yang pertama merujuk kepada kemampuan membaca dan menulis. Selanjutnya literasi tidak hanya diartikan sebagai kemampuan membaca dan menulis saja, namun  juga kemampuan memaknai dan memahami, yang merupakan tindak fundamental kognisi hingga kecakapan kognitif tingkat tinggi. Badwen (2001) menjelaskan bahwa akibat revolusi teknologi maka pengertian literasi juga ikut berkembang. Literasi di abad XXI merupakan literasi integral, yang terdiri atas tiga aspek utama: literasi fungsional, informasional, dan etikal.
Seseorang memiliki kompetensi literasi fungsional jika mampu terlibat dalam berbagai aktivitas yang memerlukan kemampuan literasi (membaca, menulis, numerasi) sehingga orang tersebut dapat mengambil peran secara efektif dalam komunitas tertentu UNESCO (1978). Sedangkan literasi fungsional di sekolah diartikan sebagai kemampuan literasi yang difungsikan dalam kegiatan pembelajaran, dan sekaligus berkembang dalam pembelajaran. Literasi menjadi fasilitas keberhasilan pembelajaran.
Literasi informasi menurut Charted Institute of Library and Information Professionals, UK (2004) adalah “mengetahui saat dan mengapa seseorang butuh informasi, tahu di mana menemukannya, dan bagaimana mengevaluasinya, menggunakan dan mengomunikasikan secara etik”. Doyle (1992) menyatakan bahwa seseorang dikatakan literat dalam informasi jika: (1) mengenali kebutuhan informasi, (2) mengapresiasi pentingnya informasi yang akurat dan lengkap untuk membuat keputusan yang cerdas, (3) memformulasi pertanyaan berdasarkan kebutuhan informasi, mengidentifikasi sumber informasi potensial, mengembangkan strategi penelusuran informasi, (4) mengakses sumber informasi termasuk yang berbasis komputer dan teknologi lainnya, (5) mengevaluasi informasi, mengorganisasi informasi untuk kebutuhan praktis, (6) mengintegrasikan informasi baru ke dalam pengetahuan lama, dan menggunakan informasi dalam berpikir kritis dan penyelesaian masalah.
Literasi informasi juga berarti seperangkat kemampuan terpadu untuk menghadapi penemuan informasi, memahami bagaimana informasi dihasilkan dan dinilai, dan menggunakan informasi untuk menciptakan pengetahuan baru dan berpartisipasi secara etik dalam masyarakat belajar (Association of College & Research Libraries, 2016).
Menjadi literat pada tataran fungsional dan informasional saja belum cukup, perlu ditambah dengan literat secara etikal. Membaca dan menulis merupakan proses interaksi sosial yang secara simultan melibatkan aspek hak asasi manusia. Dalam hal ini, literasi dipahami sebagai konsep yang integral, berbasis tiga jenis literasi, fungsional, informasional, dan etikal menjadi penting. Literasi integral menjadikan warga negara memperoleh ungkapan tulis yang lebih baik saat dibaca di berbagai media. Literasi integral juga berkontribusi terhadap pengayaan hubungan interpersonal dan dipertimbangkan sebagai bentuk komunikasi baru (Badwen, 2001). 

B.         Parameter Literasi Integral
Literasi Integral yang inklusif dalam proses dan hasil pembelajaran memiliki indikator implementasi sebagai berikut.
1.Semua guru memahami jenjang kemampuan membaca siswa.
2.Semua guru mata pelajaran memahami penerapan kemampuan literasi fungsional dalam proses pembelajaran.
3.Proses pembelajaran mencerminkan langkah berliterasi, seperti mengakses, meng-eksplorasi, memahami, mengekspresikan,  menciptakan, dan mengomunikasikan.
4.Langkah literasi menjadi tugas harian siswa yang dilakukan dalam mengkaji informasi yang berkaitan dengan semua mata pelajaran dari berbagai sumber belajar multi media dan multi modal.
5.Portofolio tayangan produk hasil belajar (dengan 12 langkah literasi) dalam bentuk poster atau bendel sederhana, atau dalam versi digital di internet.

C.         Desain Literasi Integral
Rancangan model pembelajaran yang dikembangkan adalah model yang disusun berdasarkan kajian teoretik tentang literasi integral dan hasil kajian empirik berupa evaluasi implementasi GLS dan hasil FGD dengan para pemangku kepentingan di sekolah. Rancangan konsep atau prinsip-prinsip model akan menjadi panduan untuk implementasi pembelajaran berbasis literasi integral di sekolah.

Kerangka Konsep Literasi Integral untuk Pembelajaran


Dalam konteks pendidikan, literasi merupakan kemampuan berbahasa dan berpikir. Kemampuan membaca dan menulis untuk memahami komunikasi dan menyampaikan komunikasi. Keterampilan yang tercakup adalah belajar, berbicara, menulis, membaca/memirsa, dan mendengarkan. Kemampuan literasi ini digunakan dalam kehidupan sehari-hari dan dalam dunia kerja.
Literasi dalam pembelajaran sangat erat berkaitan dengan literasi sebagai kemampuan. Kemampuan ini menjadi dasar untuk mengembangkan diri, kemampuan untuk mengajarkan diri sendiri, kemampuan belajar sepanjang hayat. Kemampuan inilah yang menjadi tujuan dalam kurikulum dan pembelajaran abad XXI.
Kegiatan pendidikan, khususnya belajar, berkaitan erat dengan informasi. Informasi dari dan tentang berbagai bidang ilmu. Hal ini ini disebut juga literasi informasional. Kemampuan literasi informasional adalah “kemampuan untuk mengidentifikasi, memahami, menginterpretasi, menciptakan, mengkomunikasikan dan mengkomputasi, menggunakan bahan cetak dan tulis yang berkaitan dengan berbagai konteks. Literasi mencakup suatu kontinuum belajar yang memungkinkan individu mencapai tujuan mereka, mengembangkan potensi dan pengetahuan mereka, dan berpartisipasi sepenuhnya dalam komunitasnya dan masyarakat yang lebih luas” (UNESCO, 2004).
Literasi etikal beriringan dengan kemampuan literasi fungsional dan informasional. Sikap (etika dan moral) saat melakukan kerja literasi fungsional dan literasi informasional, seperti bertanggung jawab, respek terhadap orang lain, kesadaran penggunaan informasi, menghargai produk/piranti intelektual, menjaga nilai moral, dan berpikir kritis.
Literasi integral dirancang dengan konsep berbasis kurikulum. Program utama literasi terimplementasi dalam pembelajaran agar tujuan pembelajaran dalam KI-KD dan tujuan literasi saling memperkuat pencapaian keberhasilan belajar siswa. Selain itu, pembinaan literasi dalam pembelajaran juga diharapkan dapat: (a) mengembangkan keterampilan abad XXI, (b) bersifat komprehensif untuk jenis literasi integral (fungsional, informasional, etikal), (c) terhubung dengan semua mata pelajaran, (d) relevan, bermakna, dan mampu diterapkan dalam keragaman budaya, (e) dapat diakses semua siswa, dan (f) sesuai dengan tingkat pembelajaran setiap siswa.
Asesmen merupakan proses berkelanjutan pengumpulan informasi untuk membuat keputusan edukasional bagi anak berkaitan dengan perilaku dan akademik. Sistem asesmen  komprehensif bersifat cair, mengikuti pertumbuhan kemajuan siswa di samping untuk mengukur keefektifan pembelajaran atau program. Asesmen literasi integral terintegrasi dalam asesmen pembelajaran sebagaimana literasi integral yang menjadi bagian penting dalam pembelajaran.
Implementasi literasi integral secara tegas adalah dalam semua pembelajaran di semua mata pelajaran, bukan kegiatan yang berdiri sendiri. Inilah inti penerapan literasi integral yang memerlukan dukungan pemerintah pusat, pemerintah daerah, sekolah, dan tim literasi sekolah.

DESAIN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS LITERASI INTEGRAL LINTAS MAPEL






 

Inti utama implementasi ini ada pada pengalaman belajar anak menggunakan strategi literasi dalam berbagai model pembelajaran. Penekanan pada pengalaman belajar ini menjadi penting. Bukan persoalan anak membaca buku tapi bagaimana pengalaman belajar anak dalam memahami suatu teks dengan dipandu oleh guru dan dibantu dengan berbagai lembar kerja. Kemampuan literasi dibentuk oleh proses mengalami. Anak membaca buku belumlah dikatakan bahwa telah terjadi proses  literasi. Literasi terjadi karena kegiatan aktif berbahasa dan berpikir.

III.       PENUTUP
Model pembelajaran berbasis literasi integral diharapkan dapat meningkatkan kemampuan literasi anak dan sekaligus meningkatkan hasil belajar. Pembiasaan menggunakan strategi literasi akan membentuk anak untuk belajar mandiri sepanjang hayat. Inilah target pencapaian pembelajaran yang berorientasi masa depan.

KEPUSTAKAAN
(Lihat  Laporan Penelitan dan Pengembangan Pembelajaran Berbasis Literasi Integral Lintas Mata Pelajaran, Pusat Kurikulum dan Pembelajaran, 2019).


0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best Buy Coupons